Anak Gemuk Berisiko Obesitas, Ini Saran Dokter Spesialis Endokrin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dokter spesialis anak yang juga konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti Sp.A(K) menjelaskan banyak kasus orang tua yang memaksakan ingin memiliki anak dengan tubuh gemuk. Sehingga mereka memberi makanan yang tidak memperhatikan gizi si anak. Akibatnya, risiko munculnya berbagai gangguan kesehatan timbul, seperti diabetes, kolesterol tinggi hingga obesitas.
“Anak gemuk bukannya lucu, pasti akan menimbulkan komplikasi. Misalnya diabetes, kolesterol tinggi, hingga perlemakan hati dini. Dalam jangka panjang, akan menyebabkan kegagalan hati,” ujar dr. Frida dalam keterangan resminya yang MNC Portal terima pada Jumat (10/3/2023).
Seperti diketahui baru-baru ini, muncul kasus anak berusia 16 bulan yang mengalami obesitas. Terkait dengan itu, susu kental manis dituding menjadi penyebabnya. Menurut dr. Frida, tidak ada satu makanan tunggal yang bikin gemuk.
“Tidak ada. Prinsipnya adalah makanan yang masuk berlebihan, dan hanya sedikit yang dikeluarkan,” jelasnya.
Pada dasarnya, semua bahan makanan boleh-boleh saja dikonsumsi, asalkan sesuai dengan peruntukan usia, dan tidak berlebihan. Yang perlu diperhatikan, dalam parenting, orang tua pun harus memiliki kebiasaan yang baik terkait makanan.
Misalnya, cermat membaca label. Pada label kental manis, sudah tertulis bahwa produk tersebut tidak untuk menggantikan ASI, tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan, dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.
Dokter Frida juga menyarankan kepada para orang tua untuk memantau berat badan dan tumbuh kembang anak sejak bayi, dengan kurva pertumbuhan. Melalui kurva ini, akan terlihat bagaimana penambahan berat badan bayi/anak; apakah sesuai dengan tinggi badan maupun usianya.
“Sudah mulai warning kalau berat badan si Kecil menurut tinggi badannya +2 SD (standar deviasi), yang menunjukkan bahwa ia sudah mengalami kegemukan. Bila angkanya mencapai +3 SD, maka si anak tergolong obesitas,” ucapnya.
Bila anak sudah mengalami obesitas, dr Frida mengimbau orang tua untuk tidak menurunkan berat badan anak yang gemuk atau obesitas bukan dengan cara diet ketat dan melarang anak makan makanan tertentu.
“Apalagi sampai mengurangi jumlah kalori secara drastis, karena akan membuat anak craving atau kelaparan. Akhirnya, terjadi efek yoyo,” jelasnya.
Selain itu juga mengembalikan pola makan sesuai kebutuhan kalori yang normal. Pertama-tama, buatlah jadwal makan teratur. Terdiri dari tiga kali makan besar (sarapan, makan siang, makan malam), serta dua kali selingan.
“Paling bagus adalah menu yang berwarna-warni dalam satu piring. Kalau berwarna-warni pasti sehat karena ada warna sayuran,” pungkasnya.
“Anak gemuk bukannya lucu, pasti akan menimbulkan komplikasi. Misalnya diabetes, kolesterol tinggi, hingga perlemakan hati dini. Dalam jangka panjang, akan menyebabkan kegagalan hati,” ujar dr. Frida dalam keterangan resminya yang MNC Portal terima pada Jumat (10/3/2023).
Seperti diketahui baru-baru ini, muncul kasus anak berusia 16 bulan yang mengalami obesitas. Terkait dengan itu, susu kental manis dituding menjadi penyebabnya. Menurut dr. Frida, tidak ada satu makanan tunggal yang bikin gemuk.
“Tidak ada. Prinsipnya adalah makanan yang masuk berlebihan, dan hanya sedikit yang dikeluarkan,” jelasnya.
Pada dasarnya, semua bahan makanan boleh-boleh saja dikonsumsi, asalkan sesuai dengan peruntukan usia, dan tidak berlebihan. Yang perlu diperhatikan, dalam parenting, orang tua pun harus memiliki kebiasaan yang baik terkait makanan.
Misalnya, cermat membaca label. Pada label kental manis, sudah tertulis bahwa produk tersebut tidak untuk menggantikan ASI, tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan, dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.
Dokter Frida juga menyarankan kepada para orang tua untuk memantau berat badan dan tumbuh kembang anak sejak bayi, dengan kurva pertumbuhan. Melalui kurva ini, akan terlihat bagaimana penambahan berat badan bayi/anak; apakah sesuai dengan tinggi badan maupun usianya.
“Sudah mulai warning kalau berat badan si Kecil menurut tinggi badannya +2 SD (standar deviasi), yang menunjukkan bahwa ia sudah mengalami kegemukan. Bila angkanya mencapai +3 SD, maka si anak tergolong obesitas,” ucapnya.
Bila anak sudah mengalami obesitas, dr Frida mengimbau orang tua untuk tidak menurunkan berat badan anak yang gemuk atau obesitas bukan dengan cara diet ketat dan melarang anak makan makanan tertentu.
“Apalagi sampai mengurangi jumlah kalori secara drastis, karena akan membuat anak craving atau kelaparan. Akhirnya, terjadi efek yoyo,” jelasnya.
Selain itu juga mengembalikan pola makan sesuai kebutuhan kalori yang normal. Pertama-tama, buatlah jadwal makan teratur. Terdiri dari tiga kali makan besar (sarapan, makan siang, makan malam), serta dua kali selingan.
“Paling bagus adalah menu yang berwarna-warni dalam satu piring. Kalau berwarna-warni pasti sehat karena ada warna sayuran,” pungkasnya.
(hri)